Penulis
Prof. Dr. Ir. Ronny Rachman Noor MRur.Sc
Institut Pertanian Bogor
Pendahuluan
Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) diluncurkan oleh DP2M DIKTI dengan tujuan
untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi pemimpin yang mandiri dan arif. Dalam
hal ini mahasiswa diberi kesempatan untuk mengimplementasikan
kemampuan, keahlian, sikap tanggung jawab, membangun kerjasama tim
maupun mengembangkan kemandiriannya melalui kegiatan yang kreatif dalam
bidang ilmunya masing-masing.
Sampai saat ini terdapat enam jenis kegiatan PKM yang ditawarkan, yaitu:
(a) PKM Penelitian (PKM-P)
yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan
menghasilkan karya kreatif dan inovatif dalam penelitian. Materi
kegiatannya disesuaikan dengan bidang ilmu, akan tetapi lintas bidang
lebih dianjurkan. Mahasiswa yang berhak mengikuti program
ini adalah mahasiswa S1 dan diploma dengan jumlah anggota setiap program
3-5 orang. Biaya maksimum yang dapat diajukan adalah sebesar Rp. 10 Juta. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah artikel ilmiah dan / atau paten. Laporan akhir yang diwajibkan dari program ini adalah laporan hasil kerja.
(b) PKM Penerapan Teknologi (PKM-T)
yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan
menghasilkan karya kreatif dan inovatif dalam menciptakan karya
teknologi. Materi kegiatannya disesuaikan dengan bidang ilmu, akan
tetapi lintas bidang lebih dianjurkan. Mahasiswa yang
berhak mengikuti program ini adalah mahasiswa S1 dan diploma dengan
jumlah anggota setiap program 3-5 orang. Biaya maksimum yang dapat diajukan adalah sebesar Rp. 10 Juta. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah paten, model, design, piranti lunak dan jasa. Laporan akhir yang diwajibkan dari program ini adalah laporan hasil kerja.
(c) PKM Kewirausahaan (PKM-K) yang
memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan menghasilkan
karya kreatif dan inovatif dalam membuka peluang usaha. Materi
kegiatannya semua bidang ilmu atau yang relevan. Mahasiswa
yang berhak mengikuti program ini adalah mahasiswa S1 dan diploma
dengan jumlah anggota setiap program 3-5 orang. Biaya maksimum yang dapat diajukan adalah sebesar Rp. 10 Juta. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah barang dan jasa komersial. Laporan akhir yang diwajibkan dari program ini adalah laporan hasil kerja.
(d) PKM Pengabdian Masyarakat (PKM-M) yang
memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan menghasilkan
karya kreatif dan inovatif dalam membantu masyarakat. Materi kegiatannya
semua bidang ilmu atau yang relevan. Mahasiswa yang
berhak mengikuti program ini adalah mahasiswa S1 dan diploma dengan
jumlah anggota setiap program 3-5 orang. Biaya maksimum yang dapat diajukan adalah sebesar Rp. 10 Juta. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah barang, design dan jasa. Laporan akhir yang diwajibkan dari program ini adalah laporan hasil kerja.
(e) PKM Artikel Ilmiah (PKM-AI)
yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan
menghasilkan karya kreatif dalam penulisan artikel ilmiah. Materi
kegiatannya semua bidang ilmu atau yang relevan. Mahasiswa yang berhak mengikuti program ini adalah mahasiswa S1 dan diploma dengan jumlah anggota setiap program 3-5 orang. Insentif yang diberikan sebagai penghargaan sebesar Rp. 3 juta. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah artikel ilmiah. Laporan akhir yang diwajibkan dari program ini adalah artikel.
(f) PKM Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk berkreasi dan menghasilkan karya kreatif dalam penuangan gagasan / ide kreatif. Materi kegiatannya karya kelompok. Mahasiswa yang berhak mengikuti program ini adalah mahasiswa S1 dan diploma dengan jumlah anggota setiap program 2-3 orang. Insentif
yang diberikan sebagai penghargaan sebesar Rp. 3 juta. Hasil yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah gagasan kreatif yang tertulis. Laporan akhir yang diwajibkan dari program ini adalah artikel.
Catatan : Pedoman Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang berisi penjelasan lebih
rinci tentang program ini dapat di download di website DP2M DIKTI;
besaran dana maksimum yang dapat diajukan dapat berubah sesuai dengan
anggaran DP2M untuk kegiatan ini.
Program
program PKM-P, PKM-T, PKM-M, PKM-K dan PKM-GT yang telah lolos seleksi,
dievaluasi pelaksanaannya dan dinyatakan layak akan diundang ke Pekan
Ilmiah Nasional (PIMNAS) untuk dievaluasi lebih lanjut. Khusus untuk
PKM-AI tidak diikutsertakan dalam PIMNAS, akan tetapi bagi kelompok
PKM-AI yang dinyatakan lolos seleksi akan diberikan pengharggan dalam
bentuk insentif sebesar Rp. 3 juta dan karyanya diterbitkan di Jurnal
Kreativitas Mahasiswa.
Seringkali mahasiswa / kelompok mahasiswa dalam upayanya mendapatkan dana melalui PKM ini mengalami
berbagai kesulitan dalam hal menemukan ide, penulisan, koordinasi
kelompok, penyusunan anggaran dll yang berdampak pada rendahnya daya
saing proporsal yang dibuatnya. Oleh sebab itu, tulisan ini
dibuat untuk membantu mahasiswa dalam pencarian ide dan penyusunan
proporsal yang diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi mahasiswa untuk
menyusun proporsal PKM yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan
peluangnya untuk dibiayai.
Apa itu kreativitas ?
Dalam penulisan proporsal PKM, kata kunci terpenting adalah “KREATIVITAS” yang merupakan ciri khas program ini. Oleh sebab itu, penulisan PKM yang tidak mengandung unsur kreativitas sangatlah susah untuk dapat lolos dan dibiayai. Perlu ditekankan bahwa PKM
ini tidak sama dengan proporsal yang disusun oleh mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas akhirnya yang pada umumnya bersifat sangat ilmiah.
Kata kreatif yang menjadi kunci keberhasilan penyusunan proporsal PKM ini menurut Encyclopedia Britanica (2002) adalah “The
ability to make or otherwise bring into existence something new,
whether a new solution to a problem, a new method or device, or a new
artistic object or form”. Sedangkan definisi menurut Roget’s II Thesaurus, kreatif itu adalah “ characterized by or productive of new things or new idea : innovative, inventive” Jadi mahasiswa yang kreatitif itu memiliki tiga ciri, yaitu adalah “promoting construction or creation”, “having ability of power to create” dan “having the power or productive of new things or new ideas”. Ide
baru yang dimaksud disini tidak selalu harus seluruhnya baru (original)
ataupun harus canggih, akan tetapi dapat berarti sesuatu ide yang
dibuat dengan cara memodifikasi ide yang sudah ada sehingga berubah
menjadi ide lain yang lebih kreatif.
Sebagai contoh apabila suatu kelompok mahasiswa mengajukan judul seperti “Komersialisasi produk bakso”, maka akan sulit bagi kelompok ini untuk mendapatkan dana PKM, mengapa? Kita semua sudah tau bahwa produk bakso tersebut sudah sangat dikenal dimasyarakat. Oleh sebab itu, judul
yang diajukan oleh kelompok mahasiswa ini menjadi “biasa-biasa” saja
yang tidak ada unsur kreativitas didalamnya, artinya kelompok mahasiswa
ini mengajukan kegiatan PKM yang sudah menjadi kegiatan keseharian
masyarakat. Lain halnya jika judul PKM di atas dirubah menjadi “Komersialisasi produk bakso berkalsium tinggi, sehat dan aman untuk dikonsumsi”. Dalam hal ini, mahasiswa
berusaha untuk memadukan hasil penelitian yang sudah ada dan
memanfaatkan tren gaya hidup sehat masyarakat dalam unsur “bakso” yang
sangat digemari oleh masyakat Indonesia. Sumber kalsium
yang digunakan oleh mahasiswa ini misalnya berupa hasil olahan dari
limbah pemotongan ayam, yaitu berupa tulang rawan kaki yang harganya
sangat murah. Tulang rawan ini selanjutnya diproses untuk
menjadi tepung tulang rawan yang merupakan sumber kalsium utama bakso
yang dibuatnya. Dengan mamadukannya dengan proses
pembuatan yang higienis, maka tercipta bakso baru yang diharapkan dapat
mengakomodasikan tren gaya hidup sehat dengan menkonsumsi kalsium
tinggi. Sehingga disamping susu berkasium tinggi yang
harganya relatif mahal, masyarakat diberi alternatif lain yang lebih
murah, tanpa mengubah kegemarannya mengkonsumsi bakso.
Contoh lain dari judul PKM yang cukup kreatif adalah “Pemanfaatan limbah whey keju dalam pembuatan nata” ada dua unsur kreatif yang terkandung pada judul ini, yaitu limbah whey dan nata yang dibuat dari whey. Dalam pembuatan keju, sering whey menjadi limbah, karena nilai ekonomisnya sangat rendah. Apabila limbah ini dibiarkan, maka limbah ini dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat. Dengan
memanfaatkan limbah ini dan mengubahnya menjadi produk lain, yaitu
menjadi nata, maka diharapkan kelompok mahasiswa ini dapat membantu
memecahkan masalah lingkungan.
Apabila
terdengar kata nata, secara otomatis kita membayangkan suatu produk
yang dibuat dari air kelapa yang bentuknya kubus kecil dengan warna putih dan rasa khas kelapa, yaitu yang sering disebut nata de coco. Kelompok
mahasiswa ini telah berhasil mencari alternatif lain dalam pembuatan
nata secara kreatif, yaitu dengan cara menumbuhkan bakteri dalam whey. Kualitas
nata yang dihasilkan sangat baik, sebab disamping aroma dan
kekenyalannya cukup baik, produk ini dapat dibuat dengan berbagai rasa
dan bentuk sesuai dengan selera masyarakat.
Contoh ketiga judul PKM yang dinilai cukup kreatif adalah “Ekstrak daun sirih sebagai obat mastitis pada sapi perah” Kelompok mahasiswa ini berusaha untuk memecahkan masalah utama dalam industri sapi perah, yaitu penyakit mastitis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan susu menjadi rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Disamping
itu, susu yang dihasilkan oleh sapi yang terkena mastitis akan ditolak
oleh industri pengolahan susu yang tentunya mengakibatkan kerugian yang
besar bagi peternak. Dalam pengobatan mastisis ini, biasanya digunakan antibiotik yang harganya mahal dan tidak terjangkau oleh peternak rakyat. Dengan
memanfaatkan pengetahuan tradisional masyarakat tentang khasiat daun
sirih sebagai antiseptik dan mungkin juga antibiotik, kelompok mahasiswa
ini mencoba mencari alternatif pengobatan lain selain menggunakan
antibiotik. Dengan berbagai teknik ekstraksi dan cara
aplikasinya, kelompok ini telah berhasil mengurangi kejadian mastitis
pada sapi perah melalui pengobatan yang yang ramah lingkungan.
Jadi
dengan mengamati contoh di atas, jelas tergambar bahwa program PKM yang
diajukan tersebut bukan merupakan sesuatu yang baru, akan tetapi
merupakan modifikasi ide yang telah ada dengan cara lebih kreatif.
Seringkali mahasiswa dalam pencarian ide dan penyusunan proporsal terjebak dalam nilai kemutlakan ilmiah. Perlu selalu diingat bahwa sesuatu yang ilmiah itu belum tentu kreatif demikian juga sebaliknya. Sebagai
contoh apabila ada kelompok mahasiswa yang mengajukan judul “mekanisme
penyerapan kalsium dalam darah orang dewasa”, maka kemungkinan besar
evaluator menilai proporsal yang diajukan dengan judul ini
tidak kreatif, sebab judul tersebut terlalu ilmiah dan tidak mengandung
untur kreativitas. Hal-hal seperti inilah yang sering
terjadi dimana mahasiswa menulis proporsalnya dengan mengacu pada tugas
akhirnya tanpa memodifikasinya sesuai dengan persyaratan PKM. Jadi
penilai paling utama baik dalm evaluasi proposal, pelaksanaan kegiatan
dan presentasi di PIMNAS adalah unsur KREATIVITAS nya.
Anda ingin berhasil ?
Beberapa kiat-kiat berikut diharapkan dapat meningkatkan peluang keberhasilan lolosnya proporsal anda:
Pilihlah judul dan topik yang menarik.
Biasanya hal yang paling pertama dilihat oleh evaluator pada proporsal PKM adalah judul dan topik PKM yang diajukan. Oleh sebab itu, usahakan judul yang diajukan dibuat semenarik mungkin. Jika dibandingkan antara dua judul berikut “Pembuatan bahan dasar kosmetik dari mentimun dan bengkuang” dan “Pembuatan bahan dasar kosmetik dari feces dan urine sapi”, tentunya judul kedua lebih aneh dan menarik. Tentu saja judul yang menarik saja tidak menjamin proporsal tersebut pasti lolos. Penyusun
proporsal harus dapat menyakinkan evaluator bahwa dengan berbekal
pengetahuan yang sudah ada (tercermin dari tinjauan pustaka), metode
pelaksanaannya (tercermin pada materi dan metode), serta keberhasilan
pelaksanaannya (tercermin pada penjadwalan dan pembiayaanya), ide yang tercantum pada judul proporsal tersebut dapat terealisasikan dengan baik. Sering
juga evaluator menghadapi suatu kenyataan bahwa banyak proprorsal yang
judulnya sangat menarik, akan tetapi ternyata setelah dibaca isi
proporsalnya tidak mencerminkan dan mendukung judul tersebut, akibatnya
evaluator tidak meloloskan proporsal tersebut.. Sebagai contoh pernah ada proporsal yang diajukan dengan judul “Sistem pengangkatan air tanah tanpa energi listrik di daerah papua”. Judul
ini sangat menarik bagi evaluator sebab jika PKM ini berhasil dengan
baik, tentunya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat setempat. Setelah
proporsal tersebut dibaca seluruhnya ternyata kelompok mahasiswa ini
merencanakan membuat sumur gali sebanyak 5 buah dengan kedalaman
masing-masing 20 meter. Selanjutnya untuk mengangkat air tanah digunakan timba yang dikerek dan air tersebut dialirkan pada saluran yang dibuat ke rumah penduduk. Jadi
jelas bagi evaluator bahwa ide yang diusulkan tersebut sudah merupakan
teknik yang telah diterapkan masyarakat luas di daerah lain.
Seringkali mahasiswa mengalami kesulitan dalam membuat ide awal yang akan ditulis dalam proporsal. Kita harus ingat bahwa untuk menjadi kreatif, kita harus dapat membuka belenggu kebiasaan yang ada. Sebagai
contoh dalam menulis sesuatu, ditabukan untuk menulisnya dengan
menggunakan tinta merah dan dianjurkan untuk menulisnya dengan tinta
warna hitam atau biru, rapi dan dengan haruf yang sama besarnya. Kebiasaaan seperti ini tanpa kita sadari telah menjadi belenggu kreativitas kita. Selama komposisi huruf dan warna menarik, tulis saja sesuai dengan imajinasi anda. Tentu
saja kita harus melanggar kebiasaan, yaitu dengan cara menulis kalimat
dengan berbagai kombinasi huruf dan warna, termasuk warna merah
didalamnya. Jadi jika kita ingin berpikir kreatif, cara berpikir kita harus melewati batas-batas kebiasaan, tradisi atau norma yang ada.
Selanjutnya setelah kita telah terbebas dari belengggu ini akan mengalir berbagai ide liar yang terpikir sesaat. Ide-ide liar yang mengalir ini harus segera ditulis segera sebelum kita lupa. Dalam
menciptakan ide-ide ini kita tidak perlu takut membuat kesalahan, sebab
nantinya setelah dicatat, kita harus kembali membaca dan merenungkan
serta merangking ide-ide tersebut berdasarkan prioritas, realisasi ide
dan peluangnya untuk berhasil didanai. Dengan cara ini dalam satu hari saja tidak
menutup kemungkinan akan banyak sekali ide yang muncul dan diharapkan
tidak ada lagi mahasiswa yang tidak mengikuti kompetisi PKM, dengan
alasan tidak memiliki ide.
Tulis Porporsal sesuai dengan panduan.
Menulis proporsal sesuai dengan format yang diminta oleh pihak DIKTI merupakan suatu keharusan. Setelah
membaca judul, biasanya evaluator melihat dulu apakah proporsal yang
akan dievaluasi tersebut sudah sesuai dengan format yang diminta. Sering
kali, karena mengejar batas akhir pengumpulan, proporsal dikirim tanpa
lembar pengesahan atau ada bagian-bagian yang seharusnya ada di
proporsal didak ada di dalam proporsal. Seleksi awal
kelengkapan bagian-bagian yang harus ada dalam proporsal PKM merupakan
cara yang efektif bagi evaluator untuk menentukan kelayakan proporsal
tersebut untuk dibiayai. Dalam hal ini bagaimana mungkin
evaluator akan yakin bahwa kelompok mahasiswa tersebut dapat menjalankan
program PKM nya, jika dalam menulis proporsalnya saja sudah tidak
lengkap dan jelas. Oleh sebab itu, apabila sudah
mendapatkan kesepakatan ide yang akan dituangkan dalam proporsal,
bacalah dan panduan penulisan PKM (biasanya dikirim ke masing-masing
perguruan tinggi, atau dapat diperoleh melalui website DP2M DIKTI)
dengan cermat dan ikuti semua persyaratan yang tercantum dalam format,
termasuk didalamnya besar huruf, ukuran kertas, bagian-bagian yang harus
ada, tata cara penulisan pustaka dll. Jadi sangat
disayangkan jika ide yang baik dari mahasiswa tidak didanai dalam
kegiatan PKM, karena ditulis tidak sesuai dengan format.
Konsultasikan proporsal dengan pakarnya.
Memang
harus kita sadari bahwa kualitas sumber daya manusia dan antusiasme
pembina kemahasiswaan dan mahasiswanya untuk mengikuti kegiatan PKM
sangat bervariasi. Ada perguruan tinggi yang sudah
memiliki sistem pembinaan dan kaderisasi mahasiswa untuk mengikuti PKM
yang sangat baik, akan tetapi tidak dapat kita pungkiri juga ada
perguruan tinggi yang tampaknya kurang perduli dengan kegiatan PKM ini. Biasanya di perguruan tinggi yang perduli dengan program PKM, penyebaran informasi PKM telah dilakukan dengan baik. Disamping itu, untuk meningkatkan minat biasanya dilakukan pelatihan-pelatihan cara penyusunan proporsal PKM secara teratur. Di
perguruan tinggi seperti ini biasanya, mahasiswa hampir tidak memiliki
kesulitan untuk berkonsultasi dengan pakar (pembimbing), sebab
pembimbing tersebut sudah terbiasa dan memiliki kemampuan yang memadai
untuk meningkatkan motivasi, menajamkan serta membungkus ide dari mahasiswa untuk menjadi proporsal yang menarik.
Hal
lain yang penting untuk diingat bahwa para pakar tersebut tentunya
tidak hanya terdapat di laboratorium dan jurusan (departemen) dimana
mahasiswa tersebut berada. Mahasiswa harus secara aktif
berkonsultasi dan mencari pakar yang diharapkan dapat membantu
menuangkan idenya ke dalam proporsal di luar bagian/laboratorium, di
luar jurusan/depertemen, bahkan di luar fakultasnya. Melalui cara ini diharapkan mahasiswa dapat memperluas wawasannya dan mempertajam idenya.
Sering
dijumpai bahwa suatu perguruan tinggi langsung mengirmkan apapun
proposal PKM yang diajukan oleh mahasiwa tanpa menyeleksinya terlebih
dahulu. Sehingga dalam evaluasi proposal banyak dijumpai
seperti seorang pembimbing membimbing lebih dari 20 proposal; satu
mahasiswa membuat lebih dari 5 proposal dengan hanya mengganti atau
memodifikasi sedikit proposalnya atau yang lebih memprihatinkan isi
proposalnya hamper sama dan hanya mengganti lokasi pelaksanaan atau
materi yang diteliti. Oleh sebab itu peran para Pembina
kemahasiswaan sangat diharapkan dalam melakukan seleksi awal, sehingga
proposal yang dikirim layak untuk dievaluasi.
DP2M
DIKTI secara rutin melakukan kegiatan sosialisasi PKM ke berbagai
perguruan tinggi dalam rangka meningkatkan minat mahasiswa dalam
mengikuti kegiatan PKM ini. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan agar para Pembina dan mahasiswa dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan baik.
Bentuklah kelompok yang memiliki pengetahuan yang menunjang.
Pembentukan kelompok penyusun proporsal akan sangat menentukan keberhasilan suatu prorsal. Oleh
sebab itu, janganlah pola pemikiran kita terkungkung oleh kurungan
laboratorium, bagian, jurusan atau fakultas dimana mahasiswa berada. Sebagai contoh untuk judul PKM “Pembuatan alat pembuat tapioka tanpa ampas”, komposisi
anggota tim, harus berasal dari berbagai disiplin ilmu, yaitu teknik
mesin untuk merancang peralatan, agronomi untuk mengetahui biologi dan
stuktur fisik singkong, serta teknologi pangan untuk mengevaluasi
kualitas pati tapioka yang dihasilkan. Oleh sebab itu, jika
judul ini hanya dilakukan oleh mahasiswa jurusan mesin saja,
dikhawatirkan akan ada unsur yang tidak terbahas dengan baik dan akan
berakibat kurangnya kualitas proporsal.
Dalam
rangka kaderisasi, susunlah anggota tim yang terdiri dari berbagai
tingkat sehingga diharapkan ada unsur pembinaan yang berkelanjutan. Hindari penyusunan seluruh angota kelompok yang terdiri dari mahasiswa tingkat akhir semuanya. Perlu kita ingat bahwa rentang waktu dari pemberitahuan, pelaksanaan sampai ke PIMNAS sering kali memakan waktu 1 tahun. Oleh sebab itu, jika
komposisi anggota tim semuanya terdiri dari mahasiswa tingkat akhir,
maka dikhawatirkan, pelaksanaan PKM tidak berjalan dengan baik sebab
secara bersamaan mahasiswa tersebut disibukkan dengan tugas akhir. Disamping
itu sering kali judul PKM yang diundang ke PIMNAS tidak dapat dihadiri
oleh anggota timnya, karena semua anggotanya telah lulus. Kaderisasi
merupakan kunci keberhasilan suatu perguruan tinggi dalam
mempertahankan reputasi ilmiah mahasiswanya dalam ajang PKM. Oleh sebab itu, perguruan
tinggi diharapkan dapat menyusun strategi pembinaan ilmiah mahasiswanya
agar prestasi ilmiahnya dapat menonjol dan konsisten.
Disamping dua hal di atas, perlu juga diperhatikan keserasian dan kecocokan anggota tim. Diharapkan
bahwa semua angota tim memiliki penjabaran tugas yang jelas dan berbeda
dengan anggota tim lainnya agar efisiensi dapat tercapai. Oleh sebab itu, di
dalam pedoman penyusun proporsal PKM diharuskan untuk mencantumkan
Riwayat Hidup lengkap bagi ketua dan anggota kelompok, serta pembimbing. Dalam hal ini, evaluator akan menilai kesesuaian bidang mahasiswa dan pembimbing dengan topik yang diajukan. Hal
ini penting untuk dinilai agar ada suatu jaminan bahwa kelompok
tersebut dengan bimbingan pembimbing dapat melaksanakan dengan baik apa
yang tertulis di proporsal.
Pelajari kriteria penolakan.
Sejalan dengan proses penulisan proporsal, kriteria penolakan suatu
proporsal harus dipelajari dengan baik agar hal-hal yang menyebabkan
ditolaknya suatu proporsal dapat dihindari. Masing-masing jenis PKM memiliki kriteria penolakan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk PKMP dan PKMT kriteria penolakannya antara lain:
- Latar belakang kurang mendukung teknologi yang direncanakan. Perumusan masalah/teknologi tidak dirumuskan dengan jelas. Kriteria penolakan ini berhubungan dengan Latar Belakang Permasalahan yang tertulis di proporsal.
- Kreativitas yang spesifik tidak diungkapkan. Metode tidak dijelaskan dengan jelas atau diragukan mampu mencapai tujuan penelitian/teknologi yang dirumuskan. Kriteria penolakan ini berhubungan dengan Metodologi Pelaksanaan yang tertulis di proporsal. INGAT unsur penilai utama adalah KREATIVITAS !
- Luaran dianggap sudah umum atau tidak sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan Luaran yang diharapkan yang tertulis di proporsal
- Kemungkinan terciptanya manfaat bagi pengembangan diri pribadi mahasiswa diragukan. Kriteria penolakan ini berhubungan dengan kegunaan penelitian untuk menumbuhkan jiwa kreativitas bagi mahasiswa yang tertulis di proporsal
- Pembagian tugas dan kerjasama antar anggota tidak ditonjolkan. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan kegunaan penelitian dalam hal pengembangan kemandirian dan semangat kerjasama tim bagi mahasiswa yang tertulis di proporsal.
- Manfaat program bagi kelompok masyarakat sasaran atau pengguna diragukan. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan kegunaan penelitian yang berhubungan dengan merangsang perkembangan kreativitas masyarakat yang tertulis di proporsal
- Tidak sesuai dengan format inti pedoman. Kreteria penolakan ini berhubungan dengan penjadwalan kegiatan yang tertulis di proporsal.
- Ruang lingkup tidak sesuai dengan bidang kegiatan yang dipilih dan pembiayaan yang lebih tinggi dari pedoman. Kreteria penolakan berhubungan dengan komponen penyusunan anggaran biaya yang tertulis dalam proporsal
- Alasan diluar a sampai h yang akan ditulis oleh evaluator secara spesifik.
Catatan
: besarnya criteria dan besarnya bobot penilaian untuk masing masing
criteria dapat dilihat di Pedoman PKM yang dikeluarkan oleh DP2M DIKTI
Secara umum dalam pembobotan penilaian, unsur kreativitas (latar belakang perumusan masalah, metodologi pelaksanaan dan luaran yang dihasilkan) memiliki bobot bobot tertinggi, diikuti dengan unsur kegunaan program (bagi mahasiswa, masyarakat, dan kerjasama tim), unsur kesesuaian dengan format, serta unsur kesesuaian ruang lingkup program, jumlah anggota tim (catatan : bobot penilaian dapat berobah dari satu periode pengusulan PKM ke periode berikutnya. Baca Pedoman Penulisan Proposal PKM yang dikeluarkan oleh DP2M Dikti dengan cermat!)
Evaluator akan memberikan nilai untuk masing-masing kreteria penilaian ini dengan kisaran angka mulai dari satu sampai tujuh (1, 2, 3, 5, 6, 7) yang bermakna: 1 dan 7 (sangat baik). Batas nilai minimum lolosnya suatu proporsal adalah 500. Oleh sebab itu, diperlukan suatu strategi yang jitu agar proporsal yang diajukan lolos. Untuk dapat lolos, suatu proporsal harus memiliki nilai minimum 5 untuk dua unsur utamanya, yaitu kreativitas dan kegunaan. Jika nilai kedua unsur ini tidak mencapai nilai 5, sudah dapat dipastikan proporsal yang diajukan tidak lolos. (Catatan : kriteria lolosnya suatu proposal dapat dibaca di panduan resmi PKM)
Buatlah perencanaan secara menyeluruh.
Penyusun
proporsal diharapkan dapat merencanakan seluruh kegiatan PKM nya dengan
baik sebelum mengajukan proporsal agar dapat mengantisipasi
tahapan-tahapan yang akan dilalui. Perencanaan ini harus
disesuaikan dengan tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh penyusun
proporsal apabila proporsalnya kelak diterima. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
- Permintaan proporsal ke perguruan tinggi. Pengumuman ini biasanya dilakukan oleh DIKTI dan dikirimkan ke perguruan tinggi. Disamping itu informasi tentang PKM dapat pula diperoleh melalui website DIKTI. Pengumuman ini biasanya berisi tentang jenis PKM yang ditawarkan, pedoman penulisan dan batas akhir pengumpulan proporsal.
- Proporsal yang telah dikirimkan oleh masing-masing perguruan tinggi selanjutnya dipilah-pilah dan diberikan lembaran identitas sesuai dengan jenis PKM yang diajukan dan kode perguruan tinggi pengusul.
- Poporsal yang telah dipilah-pilah selanjutnya dibagikan ke pakar PKM untuk dievaluasi. Setiap judul proporsal akan dievaluasi oleh dua orang pakar secara independen.
- Dikti selanjutnya akan mengundang para evaluator ini untuk memberikan kesempatan pada pakar yang menilai proporsal yang sama untuk menentukan proporsal mana yang lolos dan proporsal mana yang ditolak, setelah dibuat nilai rata-rata evaluator untuk masing-masing proporsal. Kedua evaluator selanjutnya membuat kesepakatan untuk menentukan berapa dana yang seharusnya dialokasikan untuk proporsal yang diterima sesuai dengan ruang lingkup dan volume kegiatannya
- Hasil ini selanjutnya akan dievaluasi oleh tim kecil untuk dilihat distribusi perguruan tinggi pengusul dan keseuaian dengan anggaran yang akan dialokasikan.
- Hasil evaluasi ini selanjutnya diumumkan secara serentak keseluruh perguruan tinggi pengusul. Bagi proporsal yang diterima dicantumkan besarnya biaya yang dialokasikan, sedangkan bagi proporsal yang ditolak dicantumkan alasan penolakannya.
- Selanjutnya kelompok mahasiswa yang diterima proporsalnya akan menerima dana pelaksanaan kegiatan PKM dan melaksanakan PKM selama 4 bulan. Dana yang dialokasikan diberikan dalam dua tahapan, yaitu tahapan pelaksanaan sebesar 70% dan sisanya sebesar 30% akan diberikan apabila telah menyerahkan laporan akhir kegiatan PKM (catatan proporsi ini dapat berobah dari tahun ketahun sesuai dengan Panduan yang dikeluarkan oleh DP2M DIKTI).
- Menjelang akhir pelaksanaan kegiatan, DIKTI akan mengirimkan evaluator untuk menilai sampai sejauh mana kegiatan telah dilaksanakan dan dinilai hasil pelaksanaannya. Berdasarkan hasil pemantauan ini evaluator akan mengusulkan kelompok mana yang akan diundang menghadiri PIMNAS untuk menyampaikan hasil penelitiannya.
- Selanjutnya dengan menggabungkan nilai proposal, hasil evaluasi di lapangan dan hasil yang disampaikan lewat Laporan Akhir, ditentukan kelompok mana yang akan diundang ke PIMNAS. (catatn : Baca dengan cermat bobot penilaian dari masing masing unsur ini di Pedoman PKM yang dikeluarkan oleh DP2M DIKTI)
- Di PIMNAS para finalis diberi kesempatan untuk menyajikan hasil kegiatan PKM nya dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk poster dan dalam bentuk presentasi oral. Hasil ini selanjutnya akan dinilai oleh dewan juri untuk ditentukan kelompok mana yang akan mendapatkan penghargaan secara nasional.
Penutup
Mengingat
kegiatan PKM ini memiliki unsur khas yang berupa kreavitas, diharapkan
kelompok pengusul harus mempelajari tujuan pelaksanaan PKM dan hal-hal
lain yang telah diuraikan di atas. Setelah mempelajari semuanya pengusul diharapkan dapat membuka belenggu kreativitas agar ide-ide dapat mengalir dengan deras. Pengusul
proporsal juga diingatkan agar dapat menjadwalkan kegiatannya secara
menyeluruh dan mentargetkan PKM nya sampai ke PIMNAS. Melalui cara ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan motivasinya mengikuti kegiatan PKM.
Banyak sekali manfaat bagi mahasiswa dan institusi dengan mengikuti PKM ini. Kegiatan
PKM disamping dapat dikaitkan dengan penyelesaian tugas akhir, kegiatan
ini sangat berguna untuk menumbuhkan kreativitas mahasiswa yang tidak
semuanya dapat diberikan dalam bentuk perkuliahan. Disamping itu kegiatan PKM ini diharapkan dapat melatih mahasiswa dalam kerja berkelompok. Adalah
merupakan suatu kebanggaan bagi mahasiswa dan institusi apabila dapat
memenangkan penghargaan di PIMNAS yang merupakan ajang adu kualitas
ilmiah di tingkat nasional yang paling bergengsi.
Bogor, 20 September 2009
Penulis
Prof. Dr. Ir. Ronny Rachman Noor MRur.Sc
Institut Pertanian Bogor
Daftar
Bacaan : Pedoman Program Kreativitas Mahasiswa, 2009. Direktorat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Direktorat Jenderal
Pendididkan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi blog saya. Mohon kritikan dan sarannya ya :)