Fenomena La Nina

PEMANFAATAN FENOMENA LA NINA
UNTUK MENDUKUNG SISTEM IRIGASI PERTANIAN
LAHAN TADAH HUJAN DI KALIMANTAN BARAT
PADA TAHUN 2010


Wido Cepaka Warih, 0906515105
Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia
2010




ABSTRAK


La Nina merupakan salah satu anomali cuaca yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Hal ini diakibatkan karena kondisi suhu di perairan Indonesia dan perairan di dekat imdomesia hangat dan suhu di daerah samudera pasifik cukup ekstrim. Dengan kondisi suhu permukaan air laut yang hangat tersebut maka kemungkinan untuk melakukan presipitasi semakin besar dan mengakibatkan turunnya hujan di wilayah Indonesia. Fenomena El Nino 2009-2010 baru saja menghilang sekitar Februari 2010 dan diperkirakan mulai awal Mei 2010 dapat diketahui berubah menuju La Nina. Perubahan sangat cepat ini tergolong ekstrem karena lazimnya terjadi pada periode 2-6 tahun (menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika / BMKG). Diperkirakan juga La Nina akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2010. Hal tersebut bisa berpotensi terjadinya banjir di sejumlah daerah juga di kota-kota besar. Tidak hanya memandang hazard (bencana) yang ditimbulkan dari La Nina seperti terjadinya banjir dan tanah longsor, tetapi fenomena ini bisa sebagai sumber daya bagi pertanian, misalnya sebagai sumber irigasi di lahan-lahan tadah hujan. Dengan adanya curah hujan yang cukup fluktuatif saat sekarang ini (kira-kira akan berlangsung sampai September 2010) maka bisa dimanfaatkan bagi penduduk yang mempunyai lahan-lahan tadah hujan sebagai sumber pengairan dan juga untuk kebutuhan hidup sehari-hari. La Nina bagaikan pedang bermata dua, di mana bisa menjadi hazard (bencana) dan resources (sumber daya).

Kata kunci: La Nina, lahan tadah hujan, irigasi



PENDAHULUAN

Pada Juni ini sesungguhnya di Indonesia telah memasuki kemarau. Namun, di beberapa wilayah masih terjadi banyak hujan yang bersifat sporadis dengan intensitas tinggi. Hal ini merupakan dampak dari anomali suhu muka laut yang terjadi di wilayah Indonesia dan di ekuator Pasifik. Kepala Bidang Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Endro Santoso mengatakan, saat ini sebagian besar wilayah perairan Indonesia masih hangat. Peningkatan suhu antara 0,5 dan 1,3 derajat celsius. Menghangatnya suhu muka laut menyebabkan tingginya penguapan sehingga banyak terbentuk awan hujan yang intensif. Sementara itu, pengaruh El Nino—menghangatnya suhu muka laut di sebelah timur ekuator Pasifik—yang terjadi sejak medio tahun lalu sekarang tidak terpantau lagi. Suhu muka laut saat ini dalam kondisi normal.
Proses penurunan suhu telah terlihat sejak Februari. El Nino meluruh sekitar akhir Mei dan awal Juni, bahkan sekarang ada kecenderungan La Nina. Kebalikan dengan El Nino, saat fenomena La Nina, suhu muka laut di barat wilayah khatulistiwa Pasifik mendingin. Mendinginnya suhu muka laut menimbulkan tekanan udara yang tinggi. Sebaliknya, Indonesia yang berada di timur Pasifik mengalami tekanan udara yang rendah akibat menghangatnya suhu muka laut di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan massa udara dari barat Pasifik tengah masuk ke wilayah Indonesia sehingga terjadi konvergensi massa udara yang intensif. Kecenderungan ini telah terjadi sejak masa awal kemarau.
Wilayah yang akan mengalami cukup hujan adalah Kalimantan Barat, bagian utara Kalimantan Tengah, dan wilayah selatan Kalimantan Timur. Curah hujan yang memadai dialami Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Kecukupan hujan juga akan terjadi di Maluku bagian tengah, seperti Pulau Ambon dan Pulau Seram, Papua bagian tengah, dan Irian Barat bagian selatan. Di Jawa masih akan terjadi curah hujan sporadis dengan intensitas tinggi, tetapi berlangsung singkat. Adapun wilayah di Sumatera yang akan mengalami cuaca yang sama, antara lain, adalah Sumatera bagian utara dan Bangka atau Pekan Baru bagian utara, sedangkan yang mulai kurang hujan adalah Bengkulu dan Lampung.Saat ini mulai terjadi La Nina. Diprediksi bulan Agustus 2010 terjadi La Nina dengan kategori kuat (data dari BMKG).

IKLIM DI KALIMANTAN BARAT

Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0.kelembapan rata-tara antara 80% s/d 90%. Dengan adanya iklim tersebut terdapat hutan hujan tropis di Kalimantan Barat dengan kelembapan yang cukup tinggi (sejuk), sehingga di dalamnya terdapat kenakeragaman hayati yang cukup bervariasi.


PERAN LA NINA BAGI LAHAN TADAH HUJAN

La Nina dapat menimbulkan hujan dengan intensitas yang tinggi, sehingga bisa mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Di sisi lain, ternyata La Nina dapat menguntungkan khususnya bagi petani atau pengolah lahan-lahan tadah hujan, di mana hanya mengandalkan turunnya hujan untuk kegiatan pertanian. Dalam hal ini, wilayah yang akan dikaji adalah propinsi Kalimantan Barat. Menurut data dari BMG, bahwa wilayah yang akan mengalami cukup hujan adalah Kalimantan Barat, bagian utara Kalimantan Tengah, dan wilayah selatan Kalimantan Timur. Curah hujan yang memadai dialami Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Kecukupan hujan juga akan terjadi di Maluku bagian tengah, seperti Pulau Ambon dan Pulau Seram, Papua bagian tengah, dan Irian Barat bagian selatan.
Dengan adanya La Nina, maka ketersediaan air di lahan tadah hujan bias tercukupi, sehingga lahan yang tadinya hanya ditanami padi satu kali dalam satu tahun bisa ditanami padi pada saat terjadinya La Nina. Hal tersebut jelas memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dengan ketersediaan air yang cukup.
Sistem irigasi pertanian pada saat La Nina terjadi bisa menggunakan system irigasi yang terpadu dengan menggunakan penampungan yang bisa didistribusikan ke lahan-lahan yang lain. Dengan demikian dapat diatur pembagian air untuk kebutuhan tanaman tiap-tiap lahan.
PENUTUP
La Nina diakibatkan karena kondisi suhu di perairan Indonesia dan perairan di dekat imdomesia hangat dan suhu di daerah samudera pasifik cukup ekstrim. Dengan kondisi suhu permukaan air laut yang hangat tersebut maka kemungkinan untuk melakukan presipitasi semakin besar dan mengakibatkan turunnya hujan di wilayah Indonesia. Fenomena El Nino 2009-2010 baru saja menghilang sekitar Februari 2010 dan diperkirakan mulai awal Mei 2010 dapat diketahui berubah menuju La Nina. Perubahan sangat cepat ini tergolong ekstrem karena lazimnya terjadi pada periode 2-6 tahun (menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika / BMKG). Diperkirakan juga La Nina akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus 2010. Hal tersebut bisa berpotensi terjadinya banjir di sejumlah daerah juga di kota-kota besar.
La Nina tidak hanya sebagai hazard (bencana), seperti terjadinya banjir dan tanah longsor, tetapi fenomena ini bisa sebagai sumber daya bagi pertanian, misalnya sebagai sumber irigasi di lahan-lahan tadah hujan. Dengan adanya curah hujan yang cukup fluktuatif saat sekarang ini (kira-kira akan berlangsung sampai September 2010) maka bisa dimanfaatkan bagi penduduk yang mempunyai lahan-lahan tadah hujan sebagai sumber pengairan dan juga untuk kebutuhan hidup sehari-hari. La Nina bagaikan pedang bermata dua, di mana bisa menjadi hazard (bencana) dan resources (sumber daya).

DAFTAR PUSTAKA

Australian Government Bureau of Meteorology. 2010. dalam http://www.bom.gov.au (diakses pada hari Kamis, 10 Juni 2010 pukul 10:42)
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 2010. dalam http://bmg.go.id (diakses pada hari Kamis, 10 Juni 2010 pukul 11:22)
Fenomena La Nina (Kompas). 2010. dalam http://kompas.com (diakses pada hari Kamis, 10 Juni 2010 pukul 14:52)
Pemrov Kalimantan Barat. 2010. dalam http://kalbarprov.go.id (diakses pada hari Kamis, 10 Juni 2010 pukul 15:00)

INDEKS OSILASI SELATAN JANUARI 2008-JUNI 2010



Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png

Indeks Osilasi Selatan:
    Nilai SOI 30 hari mengalami fluktuasi selama beberapa minggu terakhir, menunjukkan SOI ke 5 pada tanggal 21 Mei dan meningkat menjadi 10 pada 1 Juni. (7 Juni) nilai terakhir 30 hari SOI adalah 8. Nilai bulanan untuk Mei 10. Nilai-nilai positif dari SOI di atas 8 dapat menunjukkan peristiwa La Niña, sedangkan nilai negatif yang berkelanjutan di bawah ini -8 mungkin menunjukkan sebuah peristiwa El Niño. Nilai antara sekitar 8 dan -8 umumnya menunjukkan kondisi netral.






















                                                 

Fenomena La Nina Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Admin

3 komentar:

  1. wah.. blog tentang geografi ya.. salut, salam kenal :-)

    ReplyDelete
  2. ya, ini isinya tntang geografi semua,
    sala kenal juga
    sama2

    ReplyDelete
  3. salam kenal juga... banyak amat pop up nyah...

    ReplyDelete

Terima Kasih telah mengunjungi blog saya. Mohon kritikan dan sarannya ya :)

Featured Post

#25 Meraba Urat Nadi Kehidupan di Pulau Larat

Nelayan di Pulau Larat Geliat kehidupan di Pulau Larat dapat diraba dari interaksi warga pada sumber daya alam, tradisi, da...

Visitors