Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) merupakan salah
satu metode atau salah satu langkah
dalam siklus manajemen pengetahuan yang digunakan untuk memberikan kesempatan
kepada anggota suatu kelompok, organisasi, instansi atau perusahaan untuk
berbagi pengetahuan yang mereka miliki kepada anggota lainnya.
Berger dan
Luckmann (Berger 1966)1 menyebutkan ada 3 momen dalam proses
membangun pengetahuan dalam organisasi: eksternalisasi, obyektifikasi dan
internalisasi. Eksternalisasi pengetahuan adalah proses dimana terjadi
pertukaran pengetahuan personal, sehingga pengetahuan dikomunikasikan di antara
anggota. Obyektifikasi pengetahuan adalah proses dimana pengetahuan menjadi
realitas obyektif, sehingga pengetahuan tersebut diakui organisasi (komunitas).
Internalisasi pengetahuan adalah proses dimana pengetahuan yang
terobyektifikasi tersebut digunakan oleh personal dalam rangka sosialisasi
mereka. Internalisasi pengetahuan dilakukan melalui kegiatan pencarian dan
menemukan kembali pengetahuan yang tersimpan dalam organisasi. Inovasi
dihasilkan dari kombinasi pengetahuan personal, pengetahuan yang dishare oleh
kelompok, dan pengetahuan organisasi. Ketiga proses tersebut juga menggambarkan
3 tipe sharing pengetahuan yang diusulkan Marleen Huysman dan Dirk de Wit
(Husyman 2003)2: knowledge
exchange, knowledge retrieval, dan knowledge creation.
Pengetahuan saat ini bukan lagi menjadi hal yang mewah, tetapi
merupakan suatu kebutuhan terutama dalam organisasi, idak hanya memberdayakan
otot kaki dan tangan saja, tetapi juga otak dan pikiran. Pengtahuan itu sendiri
dapat terbentuk dari pengalaman, pemahaman konsep ataupun kemampuan untuk
menganalisa suatu masalah dan kemampuan untuk menerapkan suatu konsep.
Pengetahuan yang baik tentunya dengan dasar landasan dan teori yang kuta, agar
dalam penyampaian tidak terjadi kesalahan yang fatal. Budaya berbagi
pengetahuan memang harus ditanamkan oleh suatu organisasi, ditanamkan kepada
setiap orang agar semua memahami dan mengerti sehingga tercipta suatu kemajuan
bersama, bukan hanya kepuasan individualistis. Pengetahuan yang baru selalu
bermula dari indivividu. Dengan adanya budaya berbagi, maka pengetahuan
tersebut dapat ditransformasikan kepada individu-individu lain, sehingga
bermanfaat bagi organisasi dan anggota itu sendiri. Transformasi pengetahuan
individu kepada individu lain merupakan modal utama dalam membangun suatu
budaya berbagi pengetahuan.
Budaya berbagi pengetahuan berarti merupakan suatu langkah nyata
pemerataan informasi dan pendidikan di Indonesia, karena dengan adanya
informasi maka akan meningkatkan daya pikir dan daya kritis masyarakat. Perlu
penanaman sejak dini akan pentingnya budaya berbagi pengetahuan ini, terutama
dari keluarga, masyarakat dan institusi serta bangsa Indonesia. Budaya ini
wajib dijaga dan dipelihara agar dapat ditransformasikan ke generasi berikutnya
dengan pembiasaan dan keteraturan. Bangsa yang maju, bangsa yang mau berbagi,
bangsa yang masyarakatnya sosial berbagi dengan orang lain. Seseorang tidak
dapat hidup sendiri tanpa orang lain, walaupun rasa individualistis pasti ada.
Dengan keyakinan dan kerja sama semua pihak, maka budaya berbagi pengetahuan
ini akan terus berkembang dan terpelihara serta selalu ada dalam sanubari masyarakat
Indonesia. Hidup budaya berbagi pengetahuan ! Maju Indonesiaku!
1Berger, P., and T.
Luckmann, The Social Construction of Knowledge (London: Penguin, 1966)
2Huysman, M. and Wit, D., A Critical Evaluation of Knowledge
Management Practices.Sharing Expertise – Beyond Knowledge Management
(Cambridge: MIT Press, 2003)
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi blog saya. Mohon kritikan dan sarannya ya :)