Kalwedo, kidabela!
Membawa semangat
kalwedo dalam ruh setiap kehidupan masyarakat Maluku, terutama di kepulauan
Tanimbar, kita semua bersaudara, kita semua harus bersatu. Inilah semangat
kolaborasi sedari dulu yang ingin dibawa dan dibuat lebih “keren” di masa sekarang. Mengapa? Maluku Tenggara Barat sebagai
salah satu lokasi Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT)
memerlukan kolaborasi, gandeng tangan serta turun tangan dari semua pihak.
Bukan hanya tugas dari pemerintah daerah saja, tetapi didukung dengan semangat
“Kalwedo” dari seluruh elemen masyarakat Tanimbar.
Kabupaten Maluku
Tenggara Barat merupakan salah satu kabupaten Kepulauan di Provinsi Maluku yang
terkonsentrasi pada gugus Kepulauan Tanimbar dengan luas keseluruhan 52.995,20
km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 10.102,92 km2 (19,06%) dan wilayah
perairan seluas 42.892,28 km2 (80,94%). Jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 174
dan 122 diataranya telah bernama, panjang garis pantai sekitar 1623.27 km dan 4
(empat) pulau kecil terluar sebagai titik pangkal perbatasan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan Australia menjadikan kabupaten Maluku Tenggara Barat
sebagai kawasan yang sangat strategis.
Sebagaimana
diatur dalam Perpres 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil
Terluar mengandung 3 prinsip, yaitu: wawasan nusantara, berkelanjutan dan
berbasis masyarakat. Sehingga, perlu adanya sebuah pendampingan untuk menunjang
kebutuhan dan menggali potensi masyarakat yang diimplementasikan oleh
Kementerian Kelautan dan Perikananan melaui Dirjen Pengeloaan Ruang Laut dengan
melatih dan mengirimkan para fasilitator pulau-pulau kecil terluar berpenduduk.
Adapun komponen
program pendampingan pulau-pulau kecil terluar terdiri atas”
1.
Penguatan
data dan Informasi di PPKT. Adanya pemetaan isu, tokoh masyarakat, profil pulau
dan pendamingan pernecanaan desa.
2.
Penguatan
kapasitas kelembagaan dan SDM Kelompok Masyarakat Pengelola (KMP) sarana dan
Prasarana yang menjadi fokus pendampingan. Pendampingan penguatan kapasitas
SDM, pelatihan teknis dan manajemen, penguatan kelembagaan dan pengembangan
program inisiatif.
3.
Pengembangan
kemitraan dan kerjasama. Adanya identifikasi dan fasilitasi mitra potensial,
pengembangan usaha ekonomi produktif serta pengembangan program inisiatif KMP.
Pulau Larat
dengan luas wilayah sekitar 124,89 Km2 merupakan salah satu dari empat pulau
kecil terluar di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang berdasarkan Perpres 78
tahun 2005 termasuk salah satu pulau terluar dari 92 pulau terluar berpenduduk
yang ada di Indonesia yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga. Pulau Larat terletak di
sebelah utara dari Pulau Yamdena (pulau terbesar di Kabupaten Maluku Tenggara
Barat). Secara administrasi seluruh desa-desa di Pulau Larat termasuk dalam
wilayah Kecamatan Tanimbar Utara Kabupaten Maluku Tenggara Barat Propinsi
Maluku. Berdasarkan data BPS MTB, 2014 Kecamatan Tanimbar Utara terdiri dari 8
desa dan 1 kampung dan khusus di Pulau Larat hanya terdiri dari 7 desa. Secara
keseluruhan desa-desa di Pulau Larat terletak di sepanjang pesisir utara Pulau.
Ketujuh desa di Pulau Larat tersebut antara lain Desa Ritabel, Desa Ridool,
Desa Watidal, Desa Keliobar, Desa Kelaan, Desa Lamdesar Barat dan Desa Lamdesar
Timur.
Pulau Larat
merupakan pulau yang sudah memiliki infratruktur sarana dan prasarana yang
memadai, seperi pelabuhan kapal barang, fery dan dermaga Jety Apung. Terdapat
kantor pemerintahan, kantor Camat, Kantor KB, pos militer, kantor Pos dan Bank
BRI. Saat ini sedang dilakukan proses pengerjaan jalan Trans Larat yang akan
menghubungkan semua desa-desa di Pulau Larat, sehingga dapat mempercepat
persebaran dan pertumbuhan ekonomi serta aksesbilitas yang memadai.
Masyarakat di
Pulau Larat cukup beragam jenis mata pencahariannya. Ada yang berprofesi
sebagai guru, PNS, nelayan, petani dan pembudidaya rumput laut. Potensi
terbesar di Pulau Larat adalah perikanan tangkap, budidaya rumput laut dan
kacang tanah. Saat ini harga rumput laut mengalami penurunan, yaitu Rp 5.000 -
6.000 per kg rumput laut kering. Hal ini sangat dirasakan betul oleh
pembudidaya, sehingga beberapa pembudidaya mulai beralih ke kacang tanah. Untuk
penerangan di Pulau Larat sudah terjangkau instalasi listrik PLN yang
beroperasi dari pukul 18.00 – 06.00 WIT, hanya saja di dua desa paling ujung
timur bagian pulau, yaitu desa Lamdesar Barat dan Timur masih sering padam
hingga kini.
PLTS Terpusat di
desa Lamdesar Barat dan Desalinasi Air Laut merupakan bantuan sarana dan
prasarana pulau terluar yang diberikan oleh Dirjen Pengelolaan Ruang Laut
Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) kerjasama dengan Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral. Saat ini kondisi kedua sarpras tersebut (PLTS dan
desalinasi) masih mengalami kerusakan dan sudah dilaporkan baik ke Dinas
terkait di Kabupaten (Dinas PU dan Tamben dan Dinas Kelautan dan Perikanan) dan
Pusat (Kementrian kelautan dan Perikanan & Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral). Di bulan April 2016 ini, KKP mengadakan Bimtek untuk teknisi
desalinasi pulau-pulau terluar. Harapannya dengan adanya Bimtek tersebut,
sepulangnya nanti, teknisi dapat mengecek kerusakan dan memperbaikinya dengan
sumber daya yang ada.
Diharapkan
melalui program pendampingan masyarakat ini bisa menjadi stimulus untuk
masyarakat setempat agar lebih percaya diri untuk membangun desa dan mengajak
kolaborasi semua yang perduli akan kemajuan daerahnya. Laut merupakan masa
depan kita, di laut kita jaya, laut adalah halaman depan rumah kita! Semoga
kolaborasi terus tumbuh dan terjalin seperti halnya gandengan rantai baja yang
saling melengkapi. Lebih ringan bukan kalau dipikul bersama, dan terasa indah
proses kerja yang terjadi. Kami percaya dan bisa!
*Tnebar
: Tanimbar
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi blog saya. Mohon kritikan dan sarannya ya :)