Foto Bersama Seusai Kunjungan ke Rumah Terasmitra |
Terasmitra merupakan salah satu mitra Global Enviromental Facility – Small Grand Programme (GEF- SGP) yaitu ajang berjejaring para pelaku usaha komunitas yang menjalankan usahanya dengan pendekatan lingkungan. Terasmitra juga diharapkan menjadi jembatan penghubung cerita komunitas wirausaha kepada masyarakat yang lebih luas agar mereka menjadi lebih peduli dan memliki komitmen terhadap isu-isu lingkungan dan mewujjudkan kepeduliannya bersama dengan Terasmitra (disadur dari berbagai sumber).
“Terasmitra’s ultimate goal is ensuring that small communities market their product successfully in order to be adequately paid for their day-to-day needs”
Pada intinya Terasmitra mempunyai tujuan dan mimpi besar ingin menjadi bagian kepedulian yang memastikan bahwa masyarakat kecil di lokasi manapun untuk dapat berhasil memasarkan produk mereka dan diberikan apresiasi yang memadai untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-harinya.
Suatu kesempatan yang langka, ketika fasilitator Prakarsa diajak untuk mengunjungi dan belajar secara langsung di Rumah Terasmitra di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan bersama GIZ dan DFW Indonesia. Tujuan kami cukup sederhana, ingin belajar dan menjalin silaturahmi dengan mitra terkait.
Terasmitra bergerak dan fokus ke empat hal, yakni:
1. Food (makanan dan minuman)
Untuk kerjasama produk makanan terdapat sistim pembelian dalam kilogram yang nanti akan di-repackaging ulang oleh pihak Terasmitra maupun packaging dari mereka secara langsung (kelompok masyarakat) tanpa menghilangkan brand asli, Terasmitra hanya menambahkan tulisan atau desain tertentu yang menandakan bahwa produk itu merupakan kerjasama dengan Terasmitra. Untuk produk makanan akan dibeli secara putus oleh Terasmitra karena ada masa kadaluwarsa produk.
2. Craft (kerajinan tangan)
Konsinyasi untuk kerajinan tangan yang ditawarkan oleh Terasmitra sebesar 20 – 30 % (harga sudah dinaikkan dari harga produksi, jadi kelompok sebenarnya juga sudah mendapatkan keuntungan dari harga tersebut) dengan biaya pengiriman dari Terasmitra.
3. Knowledge (pelatihan)
4. Ecotourism (eko-tourism)
Terasmitra membuka kesempatan buat kelompok masyarakat pengrajin yang ingin menjalin kerjasama dengan Terasmitra terutama untuk perempuan dan anak-anak sebagai local resources. Terasmitra menggunakan jalur pameran yang sering diadakan dalam festival atau mengikuti pameran baik skala nasional maupun internasional. Dalam berbagai festival, Terasmitra memiliki berbagai produk yang dipamerkan, salah satunya dalah produk tenunan tangan. Salah satu mitra Terasmitra adalah “House of Lawe”. Lawe didirikan tahun 2004 yang peduli akan nasib kerajinan tenun tradisional berbasis di Yogyakarta. Peran Terasmitra adalah untuk membantu memasarkan prduk yang dihasilkan oleh Lawe.
Selain itu juga promosi lewat online baik melalui facebook (paling sering karena sudah ada pelanggan yang tertarik, tokopedia (jarang diupdate) dan website http://terasmitra.com (yang akan di-relaunching bulan September 2016). Terasmitra juga akan memberikan umpan balik (feedback) terkait produk yang sudah ditawarkan dan kerjasama dengan Terasmitra. Salah satu tantangan Terasmitra adalah melakukan monitoring yang tetap dan berkala kepada setiap mitra di daerah.
Setelah puas dalam tanya jawab dan pemaparan, kami diajak berkeliling ke tempat workshop milik Terasmitra. Di sana terdapat banyak produk-produk binaan dan kerjasama dengan terasmitra, seperti produk dari ban bekas, produk dari kain tenun, baju, produk makanan organic dan unik, produk madu dan masih banyak lagi. Akhirnya kami mendapatkan gambaran mengenai produk dan kemasan serta akses pasar. Sebagai penutup dari Terasmitra, tambahkanlah cerita unik dan khas dari setiap produk yang dibuat karena itu akan menjadi ciri khas dan nilai jual.
Setelah belajar di Terasmitra, kami menuju pasar Mayestik yang lokasinya berdekatan dengan Rumah Terasmitra untuk melihat dan mempelajari kemasan yang ada di sana. Ada berbagai macam bentuk kemasan dari kertas, botol, kain, plastik, kaca dan sebagainya. Fasilitator Selaru dan Larat memilih dan membeli salah satu kemasan plastik ukuran 14 x 23 cm standing pouch yang akan dipergunakan untk kemasan abon ikan. Fasilitator Larat juga membeli sampel kemasan botol untuk kacang botol ukuran 370 ml. Hari ini kami belajar mengenai sebuah inovasi dan komunikasi dalam berbagai hal, dalam produk, kemasan dan pemasaran. Diperlukan kejelian dalam melihat setiap peluang yang ada demi bisnis sosial (social entrepreneurship) yang didampingi di beberapa lokasi pulau terluar Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi blog saya. Mohon kritikan dan sarannya ya :)