#4 Mamak

Sumber gambar: boerankara

Mamak, panggilan kami kepada seorang perempuan yang sangat spesial di dunia ini. Mamak yang telah mengajari kepada kami banyak hal. Membuka mata kami pada kehidupan di dunia ini. Tidak akan cukup kata-kata dalam tulisan ini untuk menceritakan kebaikan mamak, sampai kapanpun tidak akan cukup walaupun ditulis dalam bentuk buku sekalipun. Kasih mamak yang tulus dan tak terhingga. Mamak yang selalu menggendongku di waktu kecil, membawa ke mana-mana, ke banyak tempat, ke banyak perjalanan. Yang sangat diingat Mamak menggendong kami ke rumah nenek waktu itu melewati jembatan gantung penghubung antar dua desa dengan susah payah tanpa kami mendengar keluhannya. 

Mamak pulalah yang selalu membangunkan kami di pagi hari untuk mengingatkan kami sholat dan bersiap berangkat sekolah. Mamak yang selalu menyediakan sarapan pagi pada kami. Mamak yang luar biasa yang selalu menyiapkan air hangat untuk mandi di pagi hari yang dingin. Mamak yang menyiapkan baju kami untuk sekolah waktu kecil dulu. Setelah pulang sekolah, mamak sudah menyiapkan makan siang buat kami, kadang memang belum tersedia makan siang dari mamak karena mamak sedang bekerja, maka kami harus mandiri untuk menyiapkan makan siang sendiri. 

Mamak yang selalu menyuruh kami tidur siang agar sorenya nanti segar waktu mengaji di langgar (mushola). Mamak yang tak pernah kenal lelah mengantarkan kami mengaji, menyeberangkan kami karena memang kami takut menyeberang jalan besar yang dipenuhi dengan mobil dan motor yang silih berganti. Mamak pulalah yang menjemput kami pulang ke rumah ketika kami keasyikan bermain setelah mengaji. Mamak yang selalu mengingatkan kepada kami untuk bersiap "maghriban" di mushola sebelum bapak pulang, Mamak tidak mau kami dimarahi Bapak kalau maghrib belum di mushola. Mamak yang selalu menyiapkan makan malam terbaik kami walaupun kadang apa adanya tapi sungguh nikmat luar biasa. Mamak yang kadang suka menemani kami belajar di malam hari, padahal beliau sudah lelah seharian mengurusi rumah dan kami. Terkadang kami tertidur di meja belajar, Mamak yang membangunkan kami untuk pindah ke tempat tidur. Malah pada saat awal sekolah dasar Mamak yang menggendong kami ke tempat tidur ketika kami ketiduran waktu mengerjakan PR di malam hari. Beliaulah yang menyelimuti kami di malam itu, mendoakan kami dengan setulus hati agar kami menjadi anak yang berbakti, sholeh dan pintar.

Mamak yang selalu membela kami di depan Bapak ketika Bapak memarahi kami akibat kenakalan yang kami lakukan. Mamak yang memberi nasihat kepada kami sehabis kami dimarahi Bapak. Tidak tergambar raut muka marah kepada kami, kami ingat senyuman itu agar kami berjanji kepada beliau untuk tidak mengulangi kembali kenakalan kami. Mamak kadang sedih kalau kita bermain dengan teman-teman sampai lupa waktu. Mamak pulalah yang selalu mencari kami ke tempat kami bermain, terkadang hal ini membuat Mamak sedikit marah kepada kami, karena janji yang telah kami langgar. Kami sedih jika melihat Mamak menangis, kami tidak tahu penyebabnya. Terkadang beberapa teman-teman masa kecil kami iri dengan kami, karena perhatian dan rasa sayang Mamak besar sekali kepada kami. Tapi Mamak selalu membesarkan mereka untuk selalu sayang dan berbakti kepada orang tua mereka.

Mamak yang sering "kuwalahan" menghadapi permintaan kami yang aneh-aneh, walaupun Bapak sudah menolaknya, terkadang Mamak diam-diam membelikannya buat kami. Mamak pulalah yang selalu melerai dan mengusap kepala kami ketika kami saling bertengkar. Mamak sang pendamai bagi kami. Mamak juga selalu membesarkan hati kami ketika nilai kami di sekolah turun. Kami takut dimarahi oleh Bapak, tapi Mamak selalu menenangkan kami dan menemani kami untuk belajar kembali. Mamak yang sering tidak tidur di malam hari ketika melihat kami panas kepala atau badan menggigil. Beliau yang mengompres kami dengan dengan air hangat, membuatkan kami minuman hangat, menyuapkan kepada kami makanan hangat ketika kami kecil dahulu. Mamak yang membawa kami ke pak mantri terdekat ketika panas kepala kami mulai naik kembali. Mamak menghibur kami bahwa penyakit itu ujian dari Tuhan agar kami lebih kuat dan selalu berdoa kepada-Nya.

Mamak yang selalu membesarkan hati kami ketika kami mendapatkan ejekan dari teman-teman kami. Mamak yang selalu cemas dan khawatir ketika kami belum pulang mencari rumput untuk kambing-kambing kami. Mamak yang selalu menunggu dan menyiapkan air untuk mandi di sore itu. Mamak yang selalu mendukung dan mendengarkan cita-cita tinggi kami. Beliau selalu tersenyum ketika kami bersemangat menceritakan ingin jadi ini itu ketika kami besar nanti. Mamak selalu mendoakan yang terbaik untuk kami.

Sampai ketika kami kuliah-pun, terkadang Mamak yang lebih banyak menelpon kami sekadar untuk menanyakan kabar kami, menanyakan kami sudah makan atau belum, sehat atau tidak. Mamak yang menyemangati kami ketika kami mau ujian semester, beliau mendoakan kami agar kami mendapatkan hasil yang terbaik. Beliau selalu pesan untuk menjaga ibadah dan kejujuran kepada kami di manapun kami berada. Mamak senang pada waktu aku memberi kabar mengenai skripsiku kepada Mamak apalagi pada saat menjelang sidang. Mamak yang datang bersama Bapak dan Adik ke acara wisudaku. Mamak menangis terharu dan memeluku dalam dan lama. Tanpa banyak kata, tapi sungguh Mamak telah mengatakan dari hati paling dalam beliau. Mamak menjadi orang yang paling bahagia pada saat melihatku wisuda di kampus perjuangan ini. Aku berjanji kepada Mamak untuk selalu membahagiakannya. Terima kasih Mamak, kata-kata tidak akan pernah cukup untuk mu Mak, dari hati paling dalam kami selalu menyebut nanamu dalam doa kami, semoga Mamak selalu sehat selalu. Terima kasih ibuku tercinta, mamaku  tersayang. Kami sangat sangat bangga kepada Mamak. 

#4 Mamak Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Admin

Featured Post

#25 Meraba Urat Nadi Kehidupan di Pulau Larat

Nelayan di Pulau Larat Geliat kehidupan di Pulau Larat dapat diraba dari interaksi warga pada sumber daya alam, tradisi, da...

Visitors